lintasbantulnews.com – Bantul , Setiap tahun, Kapanewon Pandak, Pajangan, dan wilayah Bantul barat menggelar Ruwahan atau nyadranan pada bulan Ruwah, sebuah tradisi lokal yang telah membudaya. Acara ini rutin diadakan pada hari Senin, sepuluh terakhir di bulan Ruwah, sebelum mencapai puncak acara dengan kegiatan keagamaan Semaan Al Qur’an dan Tahlil di komplek Masjid Makam Sewu.
Ketua panitia Ruwahan tahun 2024, Haryadi, menyampaikan bahwa kegiatan ini memiliki nilai sakral dan nuansa religi. Perayaan dimulai dengan kirab Jodhang dari Kalurahan Wijirejo, yang dilepas lurah Wijirejo Wisnu Riyanto dan mendapat sambutan antusias dari masyarakat, termasuk Paksikaton yang ikut serta dalam pengamanan kirab di lingkungan Wijirejo. Pandak. Bantul.
Hariyadi menjelaskan bahwa Ruwahan bukan hanya sekadar tradisi, tetapi juga persiapan lahir batin menyambut bulan puasa. Selain itu, kegiatan ini menjadi wadah doa bersama untuk para leluhur yang dimakamkan di Makam Sewu, terutama Panembahan Bodho, tokoh syiar agama Islam pada masa kerajaan Mataram Islam di tanah Jawa. Pentingnya Ruwahan juga terlihat dalam upaya untuk mengenalkan sejarah budaya yang sangat adiluhung kepada generasi muda. Dengan demikian, diharapkan generasi muda dapat menjadi pelaku utama dalam melestarikan budaya yang telah menjadi bagian integral dari masyarakat di Jogjakarta.
Budi, seorang staf Kalurahan Wijirejo, Pandak, Bantul, menjelaskan bahwa Wijirejo terdiri dari 10 pedukuhan. Dalam menyambut Ruwahan, sepuluh pedukuhan itu dibagi dua, masing-masing lima pedukuhan, yang secara bergantian bertanggung jawab membuat Jodhang setiap tahun. Adanya kerjasama dengan masyarakat yang dapat menambahkan Jodhang dengan pemberitahuan sebelumnya menciptakan kebersamaan dalam melaksanakan acara. Setelah doa tahlil bersama, acara dilanjutkan dengan tabur bunga di Makam Sewu, menandai penghormatan kepada leluhur dan memperkuat kebersamaan komunitas. (Kang Nana lbn)